UNTUNG RUGI BELAJAR DARING
Syabarruddin,
M.Pd, guru matematika MTsN Landak
Para pakar
pendidikan dunia telah memprediksi bahwa kelak di masa depan kelas klasikal
akan hilang tergantikan dengan kelas daring. Kita pun sering menonton
video-video pendek tentang kecanggihan kelas di masa depan. Dalam banyak
prediksi para ahli, di tahun 2045 atau paling cepat 2030 hal itu akan terjadi.
Belajar bisa lebih ringkas bisa dimana saja, kapan saja dan siapa saja. Tidak
terkekang oleh sekat kelas dalam bangunan gedung sekolah. Ternyata kelas
digital, kelas daring, pembelajaran jarak jauh telah hadir meloncat lebih awal
dari prediksi para ahli.
Seluruh dunia
berbenah hanya untuk menyambut era kenormalan baru khususnya dalam dunia
pendidikan. Masih menggejalanya serangan pandemik di semua lini, mengharuskan
para pemangku kebijakan mengambil langkah tak biasa terhadap proses
pembelajaran di semua jenjang pendidikan. Belum ada yang mampu memprediksi akan
seperti apa tatanan kenormalan yang diinginkan. Pun mengambil resiko
membuka kelas secara klasikal malah akan menimbulkan masalah baru.
Masa-masa
kedepan tentu tidak membuat guru berpangku tangan. Cukuplah 2-3 bulan
kebelakang menjadi evaluasi bagaimana kita cukup latah bahkan keteteran
menyambut sistem belajar daring yang kita belum pernah mengalaminya dalam waktu
selama itu. Mulai dari pemerintah, pemerhati pendidikan, guru, siswa bahkan
orangtua ikut nimbrung meributkan pola belajar daring yang ideal.
Tiba waktunya
saat ini untuk mempersiapkan diri sedini dan sebaik mungkin proses belajar
mengajar secara daring. Tentu melaksanakan pembelajaran secara daring akan
sangat berbeda ketika kita melakukan pembelajaran secara klasikal tatap muka di
kelas. Sebagai guru, kita haruslah mulai membiasakan dan belajar melakukan
proses mengajar secara daring. Jika berbicara mengenai untung ruginya
belajar mengajar secara daring maka ada beberapa hal yang menjadi catatan saya
terhadap hal tersebut.
Menurut saya
pembelajaran daring memiliki 3 hal keuntungannya yakni pertama, waktu yang
fleksibel. Tidak dapat dipungkiri, pembelajaran daring bisa kita atur sendiri
kapan waktunya. Mau pagi, siang, sore atau malam terserah kepada guru maupun
peserta didik untuk belajar dan mengajar. Inilah untungnya belajar daring.
Sangat berbeda dengan kelas umum yang biasa kita jalani di sekolah. Sudah
diatur jam pelajarannya, jam masuk sekolah, jam istirahat, dan jam
pulang.
Kedua, jumlah
peserta lebih banyak. Kelas daring yang kita jalani dalam beberapa bulan ini
bisa diikuti 500 sampai 1000an peserta. Grup WhatsApp dan telegram dengan
beragam jenis kelas kita ikuti. Webinar dengan beragam tema selalu kita hadiri.
Coba perhatikan, berapa jumlah peserta yang mengikutinya ? sangat beda 180
derajat dengan kelas klasikal yang biasa kita masuki.
Ketiga,
tempat lebih variatif. Tak dapat dipungkiri bahwa belajar daring tak
membutuhkan tempat khusus seperti ruang kelas di sekolah. Dimana tempat favorit
anda mengikuti kelas daring ? kamar, sofa, dapur, ruang kerja ? ternyata kita
bisa memilih tempat favorit di setiap sudut rumah untuk sekedar hadir menyapa
para sahabat di kelas daring. Dimana pun dan dalam posisi apapun, anda bisa
mengikuti kelas daring. Sungguh beruntungnya anda!
Dibalik seru
dan meriahnya kelas-kelas daring yang bermunculan bak kacang goreng di masa
pandemik ini, ternyata menyimpan beberapa hal kerugiannya yaitu pertama,
kehilangan momentum perjumpaan dengan guru. Bagi sebagian kalangan yang masih
beranggapan bahwa belajar langsung berhadapan dengan guru lebih barokah, tentu
kelas daring tak membuat mereka bergairah. Jarak yang berjauhan, tak bisa
mencium takzim punggung tangan guru, tak ada momen menatap lekat wajah
guru, karena ada sekat jarak. Tentu serasa ada yang hilang dan dirindukan.
Kedua, kehilangan
hangatnya komunikasi. Coba tanyakan dengan mereka yang saban hari rapat dan
belajar lewat aplikasi daring. Seberapa besar kerinduan mereka untuk saling
berjumpa kembali di kelas? Tentu jawabannya akan sama dengan saya, anda dan
kita semua yang saat ini masih memendam rindu untuk saling menyapa hangat teman
tanpa sekat gawai. Komunikasi yang hambar adalah suasana yang dirasa saat
belajar daring. Beda saat bisa saling riuh bercengkrama dengan teman ketika
bertemu muka.
Ketiga,
Penilaian tidak bisa menyentuh semua aspek. Ketika karakter menjadi salah satu
bagian dari penilaian, maka interaksi saat belajar daring akan sulit untuk
dilakukan. Alhasil, kita hanya bisa menilai dari sisi aspek pengetahuan saja.
Belajar jarak jauh bahkan tanpa melihat wajah akan sulit untuk dapat menilai
karakter sebenarnya seseorang. Kita hanya bisa menerka-nerka. Aspek karakter
lainnya yang bisa kita nilai karena bermodalkan kepercayaan satu sama
lainnya.
Walaupun
begitu, kegiatan belajar daring akan terus berjalan. Guru sudah harus
menyiapkan diri untuk menghadapinya. Kendala koneksi, kendala sinyal, kendala
sarana, kendala perangkat bahkan kendala dari siswa tak perlu dipikirkan sampai
pusing kepala. Tugas kita adalah menyiapkan secepat, sebaik, dan semaksimal
mungkin segala perangkat belajar mengajar daring mulai dari level ideal sampai
pada level minimalis. Anak didik kita menanti, suguhan spesial yang akan
diberikan bapak ibu guru saat ajaran baru di era kenormalan baru dimulai, tetap
semangat!
0 komentar:
Posting Komentar