Selasa, 07 Juli 2020

UNTUNG RUGI BELAJAR DARING


UNTUNG RUGI BELAJAR DARING
Syabarruddin, M.Pd, guru matematika MTsN Landak

icebreakingpaksyabar SAGUSABLOG Satu Guru Satu Blog
Para pakar pendidikan dunia telah memprediksi bahwa kelak di masa depan kelas klasikal akan hilang tergantikan dengan kelas daring. Kita pun sering menonton video-video pendek tentang kecanggihan kelas di masa depan. Dalam banyak prediksi para ahli, di tahun 2045 atau paling cepat 2030 hal itu akan terjadi. Belajar bisa lebih ringkas bisa dimana saja, kapan saja dan siapa saja. Tidak terkekang oleh sekat kelas dalam bangunan gedung sekolah. Ternyata kelas digital, kelas daring, pembelajaran jarak jauh telah hadir meloncat lebih awal dari prediksi para ahli. 

Seluruh dunia berbenah hanya untuk menyambut era kenormalan baru khususnya dalam dunia pendidikan. Masih menggejalanya serangan pandemik di semua lini, mengharuskan para pemangku kebijakan mengambil langkah tak biasa terhadap proses pembelajaran di semua jenjang pendidikan. Belum ada yang mampu memprediksi akan seperti apa tatanan kenormalan yang diinginkan. Pun mengambil resiko membuka kelas secara klasikal malah akan menimbulkan masalah baru.


Masa-masa kedepan tentu tidak membuat guru berpangku tangan. Cukuplah 2-3 bulan kebelakang menjadi evaluasi bagaimana kita cukup latah bahkan keteteran menyambut sistem belajar daring yang kita belum pernah mengalaminya dalam waktu selama itu. Mulai dari pemerintah, pemerhati pendidikan, guru, siswa bahkan orangtua ikut nimbrung meributkan pola belajar daring yang ideal.

Tiba waktunya saat ini untuk mempersiapkan diri sedini dan sebaik mungkin proses belajar mengajar secara daring. Tentu melaksanakan pembelajaran secara daring akan sangat berbeda ketika kita melakukan pembelajaran secara klasikal tatap muka di kelas. Sebagai guru, kita haruslah mulai membiasakan dan belajar melakukan proses mengajar secara daring.  Jika berbicara mengenai untung ruginya belajar mengajar secara daring maka ada beberapa hal yang menjadi catatan saya terhadap hal tersebut. 

Menurut saya pembelajaran daring memiliki 3 hal keuntungannya yakni pertama, waktu yang fleksibel. Tidak dapat dipungkiri, pembelajaran daring bisa kita atur sendiri kapan waktunya. Mau pagi, siang, sore atau malam terserah kepada guru maupun peserta didik untuk belajar dan mengajar. Inilah untungnya belajar daring. Sangat berbeda dengan kelas umum yang biasa kita jalani di sekolah. Sudah diatur jam pelajarannya, jam masuk sekolah, jam istirahat, dan jam pulang. 

Kedua, jumlah peserta lebih banyak. Kelas daring yang kita jalani dalam beberapa bulan ini bisa diikuti 500 sampai 1000an peserta. Grup WhatsApp dan telegram dengan beragam jenis kelas kita ikuti. Webinar dengan beragam tema selalu kita hadiri. Coba perhatikan, berapa jumlah peserta yang mengikutinya ? sangat beda 180 derajat dengan kelas klasikal yang biasa kita masuki. 

Ketiga, tempat lebih variatif. Tak dapat dipungkiri bahwa belajar daring tak membutuhkan tempat khusus seperti ruang kelas di sekolah. Dimana tempat favorit anda mengikuti kelas daring ? kamar, sofa, dapur, ruang kerja ? ternyata kita bisa memilih tempat favorit di setiap sudut rumah untuk sekedar hadir menyapa para sahabat di kelas daring. Dimana pun dan dalam posisi apapun, anda bisa mengikuti kelas daring. Sungguh beruntungnya anda!

Dibalik seru dan meriahnya kelas-kelas daring yang bermunculan bak kacang goreng di masa pandemik ini, ternyata menyimpan beberapa hal kerugiannya yaitu pertama, kehilangan momentum perjumpaan dengan guru. Bagi sebagian kalangan yang masih beranggapan bahwa belajar langsung berhadapan dengan guru lebih barokah, tentu kelas daring tak membuat mereka bergairah. Jarak yang berjauhan, tak bisa mencium takzim punggung tangan guru, tak  ada momen menatap lekat wajah guru, karena ada sekat jarak. Tentu serasa ada yang hilang dan dirindukan.

Kedua, kehilangan hangatnya komunikasi. Coba tanyakan dengan mereka yang saban hari rapat dan belajar lewat aplikasi daring. Seberapa besar kerinduan mereka untuk saling berjumpa kembali di kelas? Tentu jawabannya akan sama dengan saya, anda dan kita semua yang saat ini masih memendam rindu untuk saling menyapa hangat teman tanpa sekat gawai.  Komunikasi yang hambar adalah suasana yang dirasa saat belajar daring. Beda saat bisa saling riuh bercengkrama dengan teman ketika bertemu muka.

Ketiga, Penilaian tidak bisa menyentuh semua aspek. Ketika karakter menjadi salah satu bagian dari penilaian, maka interaksi saat belajar daring akan sulit untuk dilakukan. Alhasil, kita hanya bisa menilai dari sisi aspek pengetahuan saja. Belajar jarak jauh bahkan tanpa melihat wajah akan sulit untuk dapat menilai karakter sebenarnya seseorang. Kita hanya bisa menerka-nerka. Aspek karakter lainnya yang bisa kita nilai karena bermodalkan kepercayaan satu sama lainnya.  

Walaupun begitu, kegiatan belajar daring akan terus berjalan. Guru sudah harus menyiapkan diri untuk menghadapinya. Kendala koneksi, kendala sinyal, kendala sarana, kendala perangkat bahkan kendala dari siswa tak perlu dipikirkan sampai pusing kepala. Tugas kita adalah menyiapkan secepat, sebaik, dan semaksimal mungkin segala perangkat belajar mengajar daring mulai dari level ideal sampai pada level minimalis. Anak didik kita menanti, suguhan spesial yang akan diberikan bapak ibu guru saat ajaran baru di era kenormalan baru dimulai, tetap semangat!

0 komentar:

Posting Komentar